Familytrip

Lemari Pakaian

Tulisan ini beberapa waktu lalu bersliweran di timeline FB saya. Entah karena saya yang baper atau saya merasa tersinggung,hehehe,beda tipis mungkin ya 😝

Alhamdulillah , hijab syar’i kini mulai semarak dan mulai menjadi trend. Ini adalah kebaikan dan kemuliaan.
Tapi setan , gak mau ketinggalan. Dia’ terus berusaha tetap menyesatkan walau hijab sudah syar’i , setan menumbuhkan semangat di hati para muslimah untuk mengoleksi hijab syar’i dengan berbagai mode. Serta membuatnya lupa dengan semangat memperbaiki akhlaq.
Setan, menjeratnya dengan senang menumpuk~ numpuk pakaian dan mengurangi sedekahnya. Setan terus menumbuhkan semangatnya untuk tampil cantik dan syar’i , namun melupakan diri untuk menambah ilmu agama .
Belum puas dengan itu, setan menyemangati agar para wanita yg berhijab syar’i untuk hadir di majelis~ majelis ta’lim dengan tujuan memamerkan koleksi hijab syar’i miliknya.
Setan pun semakin senang , karena wanita muslimah sudah melupakan ilmu tawadhu dan kesederhanaan .
Hijabnya memang syar’i tapi, mahalnya gak ketulungan.
Wanita muslimah pun menabung sedikit2 untuk beli hijab syar’i dan melupakan tabungan ke tanah suci. Lupa menabung untuk berkorban bahkan mudah menabung untuk beli baju dari pada keluar untuk sedekah…
Ketika hijab syar’i yg baru di belinya, ada yg sedikit cacatnya, pikirannya resah penuh kecewa. Setan telah membuatnya lupa dng cacat sholatnya, cacat sedekahnya , dan cacatnya baca alqur’an. Jika hijab syar’i yg di milikinya , memiliki keindahan sempurna ia tidak siap menyedekahkan nya. Hatinya telah menikah dng dunia dan bercerai dng RABB – nya. Jika sudah demikian masihkah punya keinginan mengoleksinya
Milikilah hijab syar’i seperlunya
Sederhanakanlah penampilan.
– Jelita Tiara –

Ke-baper-an itu ternyata berlanjut saat saya baru saja menyelesaikan segunung pakaian bersih yang siap masuk lemari. Tumpukan mana yang paling tinggi? Ya jelas tumpukan baju anak-anak #membela diri :p
Membicarakan soal pakaian dan melongok isi lemari, 2 rak pertama adalah milik ayah, selebihnya? Berada dalam kekuasaan bunda tentunya. Saya ingat sekali selama tinggal disini, suami hanya 3 kali membeli pakaian. Pertama saat membelikanku kaos sekaligus untuknya,yang akhirnya kaos Ayah itupun sudah tak layak pakai karena kebesaran. Kedua adalah saat bulan soldes dimana toko-toko menawarkan diskon yang cukup menggiurkan. Saat itu suami membeli dua buah kaos yang layak dipakainya ke kampus. Dan yang ketiga,masih dalam bulan soldes,suami kembali membeli 2 buah kemeja yang digunakannya untuk ke kampus/acara resmi. Selama ini pula,biasanya hanya itu-itu saja baju yang dipakainya. Sering saya komplain untuk membeli baju lagi, sayangnya dia bukan seorang yang fashionable. Pun saat membeli jaket, sepatu atau barang fashion lainnya,haruslah saya bujuk-bujuk terlebih dahulu. Sedangkan saya? Saya wanita seperti pada umumnya yang matanya selalu muncul lambang cinta seperti pada film-film saat melihat segala jenis fashion. Rumput tetangga selalu terlihat hijau dalam hal ini,hehehe. Tapi berkat suami, saya mulai sadar untuk mengerem segala keinginan yang sering muncul. Ditambah saya pecinta fashion ala Indonesia, membuat saya mengurungkan niat membeli pakaian karena jelas mahal di ongkosnya,hihihi.
Pun saat teman-teman membicarakan segala jenis merk fashion,saya lebih memilih mengundurkan diri karena pertama saya tidak paham merk (kalau yang ini jujur 😁 tapi kalau bertanya untuk daily gamis,tanyalah pada saya,hahaha), kedua karena takut kantong jebol hanya karena pengen.
Sepertinya saya harus selalu melongok lemari pakaian sebelum membeli pakaian lagi. Percuma dong ya, beli pakaian tapi lemarinya ga muat? *eh. Tapi bener lhoh, saya jadi takut bahwa apa yang saya “timbun” di lemari sekarang ini bukan karena kebutuhan saya, melainkan hanya sekedar ikut tren,fashion,atau apalah sejenisnya. Yuk cek lemari masing-masing ;);)