Familytrip

Happy Ramadhan #dirumahaja..

Bismillah…

Sebulan lebih anak-anak bersekolah di rumah. Homeschooling? No. Karna pandemi yang terjadi hampir di seluruh negara, ya karna Covid-19. Alhamdulillah selama berkegiatan di rumah ini tugas anak-anak masih terbilang bisa dihandle. Jadi tidak menambah tingkat stress orangtua yang harus melaporkan banyak tugas. Sesuatu yang pantas saya syukuri. Kenapa? Karna beberapa kali perbincangan dengan teman-teman saya, ternyata tugas sekolah anak-anak mereka jauh lebih banyak.

Di samping itu suami pun harus bekerja dari rumah. Enak ya bisa bekerja dari rumah? Alhamdulillaah’ala kulli haal. Sesuatu yang pantas kami syukuri juga karna mengurangi intensitas keluar rumah. Walau begitu saya sendiri melihat betapa pekerjaannya juga banyak. Dari pagi hingga tengah malam. Beberapa kali pula saya melihatnya membawa laptop ke kamar mandi karna menunggui si adek. 😄 Semoga lelahmu terbayar pahala di surgaNya.

H-2 Ramadhan….

Ramadhan di depan.. yaa Rabbi.. rasanya baru kemarin Ramadhan. Mungkin setiap muslim akan bergumam begitu. Begitu terasa cepat sekali Ramadhan menyapa. Di jaman para sahabat, mereka menyiapkan Ramadhan 6 bulan sebelumnya. Kami? Seminggu sebelumnya saja kami merasa masih banyak yang belum disiapkan, dhohir maupun batin. Astaghfirullah..

Ramadhan tahun ini mungkin akan jadi Ramadhan yang diingat banyak orang. Ramadhan yang penuh dengan pembelajaran.

Kementerian agama maupun MUI bahkan sudah mengeluarkan imbauan untuk meniadakan tarawih hingga sholad iedul fitri. Sedih ya.. Flashback…kami pernah merasakannya di Prancis. Sepi sekali rasanya..

Tapi…apa iya kita hanya akan merutuki kejadian ini tanpa berbuat apa-apa? Beberapa hari lalu saya dan suami berdiskusi tentang agenda ramadhan keluarga kami. Meski di rumah, menghidupkan suasana dan amalan yang bisa dilakukan selama Ramadhan insyaAllah masih mampu kita usahakan bukan? Jadi mari bergerak…

Menghias Rumah

Saya menyusun beberapa aktivitas yang bisa anak-anak lakukan selama ramadhan, bahkan sebelum ramadhan tiba. Tapi pada akhirnya mas H yang membuat sendiri program Ramadhan, begitu ia menulisnya di papan tulis. Layaknya menanti tamu istimewa, pasti kita berusaha menyiapkan hidangan terbaik kita bukan? Begitu pula seharusnya kita menyambut ramadhan. Di samping kita menyiapkan agenda atau target kita sendiri, anak-anak pun bisa dilibatkan untuk memeriahkan bulan suci selain berpuasa. Awal bulan sya’ban saya dan anak-anak sudah mulai menghias rumah. Antusias anak-anak menjadi penyemangat. Masya Allah. Kami membuat tulisan, lampion gantung hingga memasang lampu led agar lebih ceria. Saya ijin kepada suami untuk menyulap rumah seperti taman kanak-kanak dan ijin pun turun, hehe.

Sebenarnya banyak sekali pilihan hiasan rumah untuk menyambut Ramadhan. Saya biasa berselancar di pinterest. Atau beberapa blog seperti blog familiakreativa bisa jadi pilihan mudah. Tapi kali ini kami membuatnya sendiri. Mengutak-atik sesuka hati kami. 😄

Kalender Ramadhan

Tahun lalu saya membeli kalender ramadhan buatan teman saya sendiri. Dan rencananya kalender itu akan kami pakai kembali untuk mengisi aktivitas anak-anak selama ramadhan. Setiap hari anak-anak bisa mengambil kartu tantangan yang saya simpan di kantong kalender. Jika anak-anak berhasil melakukannya, maka akan ada reward untuk mereka. Kesepakatan awal kami anak-anak akan mendapat stick bintang yang akan mereka kumpulkan hingga akhir ramadhan dan ditukar dengan sejumlah uang. Anak-anak diberi kebebasan akan digunakan untuk apa uang itu.

Kartu tantangannya saya dapat darimana? Lagi-lagi thanks to pinterest. Berhubung saya bukan orang yang kreatif, maka kunci dari mencari kegiatan untuk anak-anak adalah ketekunan berselancar di buku maupun dunia maya 😶.

Game Sambung Ayat

Saat ini mas H bersekolah di kelas khusus tahfidz. Meski sebelum masuk ke sekolah ini kami pun sudah mulai membiasakan beliau berinteraksi dengan Al Qur’an, nyatanya memang seluruh anak-anak di kelas ini dituntut lebih untuk menambah hafalan maupun murojaah. Selama sebulan lebih di rumah, kami selaku orangtua murid harus menyetor hafalan dan ziyadah setiap hari. Alhamdulillaah sekali terbantu dengan agenda ini. Mas H pun juga bersemangat. Jadi game ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru baginya. Saya menulis potongan ayat pada secari kertas yang nantinya mas H akan mengambil satu per satu setiap hari. Eh ternyata adeknya pun ikut bersemangat dan meminta game ini juga.

Ramadhan Berkisah

Salah satu yang mas H tulis dalam program ramadhannya adalah membaca shirah/kisah, entah kisah para Nabi maupun kisah para sahabat. Kurang lebih sekitar tiga tahun lalu (atau lebih?) kami membelikan buku kisah Muhammad Teladanku (MuTe) dan 24 Kisah para Nabi dan Rasul untuk anak-anak. Selama itu pula buku-buku itu hanya menjadi pemanis di rak buku kami. Tapi sejak #dirumahaja ini kami melihat mas H sudah mulai membuka dan membaca buku MuTe dan juga meminta kami membacakan kisahnya. Jadi kami rasa sudah saatnya dia membaca buku ini. Karna jujur bagi kami, buku MuTe ini berat. Porsi bacaannya jauh lebih banyak daripada gambar, sedangkan anak-anak masih lebih tertarik dengan buku bergambar.

Reward Ramadhan

Banyak ya program Ramadhannya anak-anak? Sebenarnya tidak juga. Karna beberapa program adalah sesuatu yang sudah kami kerjakan setiap hari. Seperti murojaah, ziyadah, dan membaca buku. Meski ada program lain yang mungkin tidak perlu saya posting di sini 😄. Oh iya, salah satu yang mas H tulis adalah membuat eskrim bersama bunda. Setiap hari anak-anak minta membuat eskrim bersama. Akhirnya sudah saya tunaikan kemarin. Jadi masukkah ke program Ramadhan? Masuk اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ . Karna pada dasarnya kami sedang menyiapkan kondisi pra Ramadhan agar hati anak-anak (dan tentunya orangtua juga) senang dan bahagia.

Beberapa hari sebelumnya saya pun mengajak anak-anak menyiapkan sarana ibadah untuk nanti taraweh di rumah bersama-sama. Menyiapkan sarung, mukenah,sajadah,dll. Kegiatan-kegiatan kecil semacam ini sebenarnya sudah menjadi sarana edukasi untuk anak-anak dalam menyambut Ramadhan. Jadi tidak selalu harus membuat beraneka ragam kegiatan. Dikembalikan kepada kondisi masing-masing keluarga. 😉

Saya dan suami berdiskusi beberapa kali terkait dengan reward yang akan kami berikan selama Ramadhan. Berkali-kali berganti keputusan, apa mau diberi hadiah setiap hari? Atau seminggu sekali? Atau nanti di akhir ramadhan? Dll. Kami pun lantas bersepakat untuk memberikan uang yang harus mereka kumpulkan hingga akhir Ramadhan. Tujuannya untuk apa? Agar anak-anak, terutama mas H mulai belajar menghitung dan menganalisa jika ia menginginkan sesuatu berapa dana yang ia butuhkan dan usaha apa yang harus ia lakukan.

Lalu reward ini diberikan jika anak-anak memenuhi target apa? sebenarnya tidak ada target khusus. Bahkan suami pun tidak mengharuskan mas H untuk berpuasa penuh mengingat kondisi sekarang menjaga stamina tubuhnya itu lebih utama. Di samping itu, secara hukum syar’i mas H pun belum wajib puasa penuh. Tahapnya masih belajar. Kami berharapnya secara bertahap dia akan belajar hingga bisa puasa full sehari. Tapi sekali lagi itu bukan target utama kami. Jadi selama anak-anak berusaha menjalankan apa yang sudah kami sepakati bersama, maka mereka berhak mendapat hadiah. Alhamdulillah kemarin suami dan saya pun selesai mendekorasi reward Ramadhan ini. Jazakallah khairan katsiron suamik..

Sumber : http://www.heidihansen.se

*Agenda selama Ramadhan yang belum terangkum insyaAllah akan diupdate berikutnya.

Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan untuk teman-teman semua. Semoga Ramadhan kali ini penuh hikmah dan keberkahan.

Cooking

Cinnamon Roll

Suatu hari seorang teman mengirimi saya resep cinnamon roll, mengajak saya untuk membuatnya. “Gak punya bubuk kayu manis” jawab saya membalas pesan singkatnya.

Berganti hari, saya membuka instagram. Lalu melihat unggahan cinnamon roll buatan seorang teman. Bubuk kayu manis sudah terbeli tempo hari, masih ada sisa ragi instan sisa adonan donat. Daripada mubadzir ragi, marilah kita manfaatkan dan bertemulah resep cinnamon roll ini.

Bahan adonan
Adonan setelah di proofing 1 jam

Cara membuat :

Campurkan susu hangat, setengah sendok makan gula dan ragi ke dalam wadah. Tunggu 5-7 menit. Ini bertujuan untuk mengetes apakah ragi masih aktif

Campurkan terigu, gula, telur dan larutan ragi. Aduk perlahan lalu uleni hingga setengah kalis. Tambahkan margarin dan garam. Uleni hingga kalis elastis

Tutup wadah adonan dengan kain/serbet. Diamkan kurang lebih 1 jam

Setelah adonan mengembang, pukul perlahan tengah adonan agar udara di dalam adonan keluar.

Ratakan adonan dengan rolling pin hingga cukup tipis. Taburi bubuk kayu manis dan brown sugar. (Ketika saya check brown sugar saya ternyata sudah kadaluarsa, akhirnya saya memaka gula jawa yang disisir secara halus)

Gulung adonan secara perlahan dan potong-potong sesuai selera. Potong adonan dengan benang agar rapi lalu taruh di loyang yang sudah diolesi margarin

Oven dengan suhu 180 derajat selama kurang lebih 25 menit. Segera olesi margarin saat roti keluar dari oven.

Jika teman-teman suka aroma kayu manis, maka aroma kayu manis ini akan memenuhi seisi rumah. Sedapnya…alhamdulillaah

Pada umumnya cinnamon roll dipadu dengan toping glaze. Tapi karna saya gagal membuatnya, maka dimakan begini pun sudah enak sekali. Resep ini pun hasilnya sangat empuk. Proses menguleninya pun tidak lama. Mau coba? 😉

Sumber resep : https://youtu.be/rXoAXUW_6y8

Familytrip

Nugget Ayam

Sekian lama saya tak membeli nugget. Lauk yang sangat digemari anak-anak kecil. Mas H dan adek pun juga menyukainya. Tapi ya sebatas suka, ga pernah sampai merengek meminta untuk dibelikan nugget. Kami juga tak pernah membelikan jajanan nugget yang dijual di pinggir jalan itu. Entah perasaan saya tidak tega anak-anak memakannya. Kok bisa dijual hanya dengan harga seribu rupiah, sedangkan jika membuatnya sendiri tentu biayanya lebih besar. Lalu dari bahan apa nugget (dan sosis) yang dijual murah itu? Ngeri gak? 😔

Oke lanjut.. saya pun berinisiatif membuat nugget sendiri untuk anak-anak. Tunggu, saya bukan ibu yang strick dengan makanan anak yang harus homemade. Tapi selagi masih ada kemampuan, tenaga, waktu, dan tentunya tekad 😋 kenapa tidak? Bisa jadi ladang pahala kita sebagai ibu memberikan makanan yang halal nan thoyib untuk anak-anak. Yaaah sesekali juga ya kaaan 😉

Bahan :

500 gr dada ayam

1 buah wortel, parut halus

2 butir telur

5 bawang putih

1 sdt garam

1 sdt kaldu bubuk (opsional)

1 sdt lada

2 sdm terigu

2 sdm tepung tapioka

3 sdm tepung panir

Bahan pencelup :

4 sdm terigu

Air secukupnya

Sejumput garam

Tepung panir

Cara membuat :

Haluskan dada ayam (saya diblender) bersama dengab bawang putih, lada, garam, kaldu bubuk dan telur.

Masukkan parutan wortel, terigu, tapioka dan tepung panir. Aduj hingga semua tercampur

Cetak ke dalam loyang yang telah diolesi minyak (bisa dialasi kertas roti) . Kukus hingga matang

Iris-iris nugget sesuai selera. Lalu celupkan ke dalam adonan terigu dan gulingkan ke dalam tepung panir.

Simpan di freezer

Kerjakan saat suasana hati sedang bahagia. Jadi selelah apapun akan tetap terasa bahagia. Selamat mencoba 😊

Familytrip

Donat Tanpa Kentang

Di rumah hari keberapa? Entahlah…Bahkan saya sendiri pun sering lupa hari dan tanggal, terlalu menikmati #dirumahaja. 😄

Setiap hari anak-anak mencari camilan. Apa mau dikata. Walau seharian di rumah, aktivitas mereka ternyata berbanding lurus dengan aktivitas makan 😄 alhamdulillaah.

Donat akan selalu jadi kegemaran anak-anak. Tapi seringnya saya menemuo resep yang menggunakan kentang. Duh malesnya keluar. Lebih baik beli 🤭 Hingga bertemulah resep ini, donat tanpa kentang tapi hasilnya menul-menul. Saya pun menyimpannya 3 hari dan masih empuk. Mungkin ini akan menjadi resep donat favorit saya.

Bahan :

250gr terigu protein tinggi (cakra kembar)

2 kuning telur

30 gr gula pasir

40 gr margarin

130ml susu cair

1 1/2 sdt ragi

1/4 sdt garam

Cara membuat :

Campur terigu, ragi dan gula pasir

Masukkan kuning telur dan susu sedikit demi sedikit sambil diuleni.

Masukkan margarin dan garam lalu uleni hingga kalis.

Bagi adonan menjadi 15 bagian, kurang lebih 33gr. Bulatkan adonan, taruh di loyang lalu tutup dengan serbet. Tunggu hingga mengembang (kurang lebih 25menit)

Lubangi adona dan proofing kembali kurang lebih 30 menit.

Goreng donat pada minyak yang banyak hingga adonan bisa mengambang di dalam minyak.

Hias sesuai selera

Sumber : https://youtu.be/BeoJZu8djGc

Familytrip

Iqra! Bacalah! Tantangan Game Level 5

Tantangan Game level 5 kelas Bunda Sayang kali ini sungguh sebuah ‘cubitan’. Senangnya mengoleksi buku atau menghadirkam banyak buku di rumah namun ternyata masih banyak yang belum tersentuh. Apakah ini termasuk sebuah kemubadziran? 🥺

Kalau boleh mencari alasan dan pembenaran pasti akan banyak sekali.

Tantangan yang menarik selanjutnya adalah membuat pohon literasi. Setiap cabang ranting akan menghasilkan daun. Setiap ranting pohon akan melambangkan seberapa antusias masing-masing anggota keluarga dalam membaca. Bismillah ya..semoga jadi awal langkah mengkhatamkan jejeran buku di perpustakaan mini keluarga kami.

#hari1

#gamelevel5

#institutibuprofesional

#kuliahbundasayang

#menstimulusanaksukamembaca

Familytrip

Polandia, Negara Yang Tak Pernah Terpikirkan Untuk Dikunjungi

Saat masih duduk di sekolah dasar dulu, saya sering melihat bendera negara yang mirip dengan Indonesia. Hanya dibalik saja  komposisinya, putih merah. Siapa sangka setelah sekian belas tahun Allah mengijinkan saya dan keluarga menginjakkan kaki di negara tersebutu, ya Polandia!

Jam 4 pagi kendaraan kami sudah meninggalkan Limoges menuju bandara Paris Beauvais, bandara kecil di salah satu sudut kota Paris. Suhu yang mulai turun dan mata yang masih terkantuk memaksa kami berhenti di rest area setelah sejam kami keluar kota Limoges. Kami memutuskan untuk kembali tidur di dalam mobil hingga subuh tiba. Begitu subuh tiba, kami lekas melaksanakan sholat subuh di balik sisi kendaraan kami agar tak terlihat orang lain. Yah di negeri ini memang salah satu kendala terbesar ketika bepergian adalah tempat sholat. Jelas tidak ada masjid setiap beberapa kilometer layaknya di Indonesia. Pun tak bisa sholat di tempat umum karena peraturan di negeri ini tidak memperbolehkan. Jadi tinggal bagaimana siasat kita untuk tetap bisa sholat jika memang sudah masuk waktu sholat. Subuh saat winter tentu kami bisa sholat dengan agak tenang karena belum ada aktivitas sama sekali. Truk-truk beserta sopirnya masih terlelap semua, berjejer-jejer. Jadwal penerbangan kami masih jam 1 siang, tapi kami sudah meluncur sepagi ini. Alasan apalagi kalau bukan anak? 🙂 Perjalanan yang mungkin bisa ditempuh selama 4 jam akhirnya harus ditempuh selama sekitar 8 jam. Menyenangkan sekali ya, hehehe. Continue reading “Polandia, Negara Yang Tak Pernah Terpikirkan Untuk Dikunjungi”

Cooking

Baghrir, Serabinya Maroko

P1140056Sejak beberapa waktu lalu, lebih tepatnya ketika saya mulai mencicipi hidangan makanan dari seorang teman kami di Limoges, lidah saya mulai jatuh cinta dengan masakan timur tengah. Saya bahkan meminta teman saya untuk mengirimkan berbagai resep saat dia akan membuat makanan. Dan dengan baik hatinya dia kan mengirimkan resep plus video bagaimana dia membuatnya. Atau jika tidak, saya akan bertanya apa nama makanan itu dan saya akan mencarinya di youtube 😀 . Lain waktu, kami sekeluarga mendapat undangan makan malam ke seorang teman baru yang berasal dari Maroko. Ternyata lidah saya kembali jatuh cinta dengan masakan Maroko. Padahal menu yang disajikan sangat sederhana, berbeda sekali dengan tipikal orang Indonesia saat mengundang makan, serba lengkap dan meja penuuh, hehe. Yang lebih spesial lagi, kami bisa mencicipi teh Maroko asli racikan tangan si tuan rumah. Ya, teh maroko menjadi salah satu teh favorit kami saat ini. Berrjalannya waktu, saya mulai mencari beberapa channel youtube, dan jodoh pun terpaut pada salah satu channel youtube seorang wanita Maroko yang saat ini tinggal di Prancis. Beberapa kali saya mencoba membuat sesuai dengan resepnya dan ternyata cocok untuk lidah kami, alhamdulillaah.

Jika di eropa biasanya kita mengenal pancake, di negara Maghreb mereka menyajikan baghrir. Baghrir, salah satu makanan (atau snack?) khas negara Maghreb dengan rasa yang dominan asin. Jika di Indonesia kita memiliki serabi yang dominan manis, baghrir ini sebaliknya. Umumnya baghrir dimakan dengan olesan butter atau madu. Cara membuatnya pun sangat mudah dan cepat. Dan bisa disimpan juga untuk jangka waktu tertentu. Sajian praktis untuk sarapan. Hanya yang berbeda dari baghrir adalah dari segi bahannya yang mungkin sulit ditemukan di Indonesia, yaitu semolina.

Baghrir

sumber : fatemahisokay (youtube)

Bahan :

2 cup tepung semolina

1 1/2 cup tepung terigu

1 1/2 sendok makan ragi

1/2 sendok teh garam

3 cup air hangat

1 telur

Cara membuat : campur semua bahan dan blender selama kurang lebih 2 menit. Pindahkan ke baskom dan tutup dengan napkin. Lalu diamkan sekitar 1,5 jam (saya cuma 30 menit). Masak di panci kecil yang datar seperti membuat pancake.

Catatan : tidak perlu dibalik, cukup tunggu adonan berubah muncul lubang-lubang kecil seperti martabak/serabi. Satu adonan saya jadi sekitar 30 biji.

 

Familytrip

Low of Attraction

Beberapa waktu lalu suami membeli dua buah buku tentang Low of Attraction. Buku tersebut belum saya baca hingga tuntas, maklum full bahasa inggris, hehe. Tapi dari beberapa halaman yang sempat saya baca, inti dari hukum ketertarikan ini adalah apa yang saya pikirkan, itulah yang akan saya dapatkan/terjadi. Ketika saya memikirkan sesuatu, ‘semesta alam’ akan menarik segala hal untuk merealisasikannya. Ketika saya memikirkan keburukan, itu yang akan terjadi, begitu juga dengan sebaliknya ketika saya memikirkan kebaikan maka itu yang akan terjadi juga. Jadi pikiran kita menjadi sebuah magnet yang akan menarik kejadian-kejadian berikutnya. Tentu saja semuanya atas ijin Allah. Ga belibet banget kan kalimatnya? Haha. Saya kemudian teringat tentang sebuah hadist “Aku mengikuti sangkaan hambaKu padaKu, jika sangkaannya baik maka baiklah yang didapatkan, jika sangkaannya buruk maka buruklah yang didapatkan” (HR Ahmad). Jadi percayakah saya pada hukum ini? Bisa dibilang, ya!

Lalu kenapa tiba-tiba kok ngomongin tentang hukum ini? Jadi ceritanya beberapa hari lalu saya mengalami kejadian yang membuat saya kembali disadarkan bahwa hukum ini berlaku, setidaknya bagi saya. Sore hari menjelang kepulangan suami, saya belum masak sama sekali. Mager setelah beberes. Begitu suami pulang, saya mengusulkan padanya untuk makan malam di luar. Dan suami pun mengiyakan. Rencana berangkat dari rumah sekitar pukul 8 sehingga kami bisa menunaikan sholat maghrib sekalian di masjid, sekitar pukul 9.30 malam. Karena sebelum berangkat saya melihat area bermain anak yang masih berantakan sekali, saya lalu membersihkannya. “Hatiku ga tenang kalau ga diberesin dulu”, begitu yang saya ungkapkan ke suami. Meskipun beliau mengatakan akan membantu saya membereskannya nanti, tapi rasa tidak sabar saya sepertinya menang. Sayangnya saya juga sudah terpancing emosi karena tergesa-gesa dan melihat setumpuk ‘kerjaan’ yang melambai-lambai. Pengennya sih keluar rumah dalam keadaan bersih dan kembali nanti hanya tinggal menyiapkan anak-anak untuk tidur. Batin saya, “Ah ya udah ga usah pergi sajalah sekalian, tak beresin rumah dulu daripada nanti repot, capek, dll”. Berawal dari situlah “semesta alam” mulai menarik segala kejadian tidak menyenangkan setelahnya. Diikuti oleh kacamata saya yang entah dimana hingga saya tidak memakai kacamata saat keluar rumah. Padahal setelah kembali ke rumah saya menemukannya di rak yang sebelumnya sudah saya periksa namun tidak saya temukan. Lalu ketika sampai di tempat makan tujuan kami, warung langganan yang kami tuju ternyata tutup. *Deuh bahasanya warung 😅. Akhirnya kami menuju warung makan kedua yang searah ke masjid. Ternyata tutup juga! Tak menyerah, kami menuju warung makan ketiga. Setelah pesan makanan selesai, kami duduk menunggu pesanan kami jadi. Seperempat jam berlalu belum jadi juga pesanan kami. Hingga sekitar tiga puluh menit kemudian saya dan suami merasa ada yang tak beres kenapa pesanan kami belum juga selesai. Saat itu kami melihat orang yang datang setelah kami baru saja mendapatkan pesanannya. Suami lantas bertanya bagaimana pesanan kami, apakah sudah siap atau belum. Ternyata mereka (saat itu ada 3 orang) saling bertanya juga tentang pesanan kami dan kembali menanyakan suami apa saja makanan yang sudah kami pesan. Sontak kami kaget. Sudah setengah jam lebih dan semakin mendekati maghrib tapi justru mereka tidak membuatkan pesanan kami. Dengan kecewa (plus marah,jengkel) kami pun keluar dari warung tersebut, apalagi anak-anak sudah merengek kelaparan. Waktu sholat maghrib hanya tinggal setengah jam saja. Tapi kami tetap berikhtiar mencari warung makan lain yang lebih cepat penyajiannya. Di warung makan keempat semua berjalan normal hingga kami selesai menyantap pesanan. Alhamdulillah. Namun ternyata tarikan energi negatif “semesta alam” belum sampai disitu. Begitu sampai di masjid, saya dan Sarah menuju tempat sholat wanita. Saya melihat ada papan pengumuman bahwa tempat sholat berpindah ke lantai dasar. Saya kemudian turun tapi ketika saya membuka pintu, saya hanya melihat jamaah laki-laki yang begitu dekat dengan pintu. Akhirnya saya kembali menutup pintu dan keluar dari masjid sambil menunggu suami dan Hassan. Lha trus saya sholat maghrib dimana? Ya, di rumah! Jadilah saya tidak menikmati makanan di tempat yang mulanya kami tuju plus saya juga batal sholat maghrib di masjid. Apakah sudah ada benang merahnya dari secuil cerita saya? Ternyata “magnet negatif” yang sudah saya bawa dari rumah menarik hal-hal negatif lainnya di luar rumah. Hal lain seperti inisebenarnya sudah sering saya alami. Misal, saat saya meninggalkan anak-anak saat makan. Saya berpikir “jangan-jangan nanti makanannya tumpah. Jangan-jangan nanti berantem”. Dan ternyata bener kejadian. Dari sini saya BELAJAR (*harus banget di bold? Iya biar inget terus..fyuh) sugesti positif dari pikiran kita, dari alam bawah sadar kita akan menjadi magnet kuat kejadian-kejadian berikutnya. Karnanaya bener nih ya bahwa Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Ketika dikasih ujian gimana bisa tetap berprasangka baik akan ketetapan Allah. Ketika dikasih kebaikan tetap tidak merasa sombong bahwa kebaikan segalanya berasal dari Allah juga.

Limoges,

5 Agustus 2017

Familytrip

Diary Ramadan Keluarga

P1110608
Masjid city 

P1110622

Alhamdulillaah sebentar lagi Ramadan datang. In shaa Allah ini kali ketiga kami bisa merasakan hangatnya Ramadan di negeri Eropa. Nuansa Ramadan memang tidak semeriah jika dibanding Ramadan di tanah air. Ah siapa yang tidak merindukan kemeriahan Ramadan di tanah air apalagi jika bisa berkumpul dengan keluarga besar juga 🙂 . Itulah kenapa seorang teman kami setiap tahun pulang ke negaranya karena bagi mereka disini tidak kondusif untuk beribadah. Yah memang benar saja ya, mendekati Ramadan ini justru Ayahnya anak-anak sedang sibuk-sibuknya lembur di kantor *malah curcol 😀  Tapi ketika Allah memberi kesempatan spesial untuk merasakan Ramadan di negeri minoritas muslim ini, rasanya tak pantas jika terus menggerutu. 

Continue reading “Diary Ramadan Keluarga”

Familytrip

Limoges Berbunga

Musim semi 2017, musim semi ketiga kami di kota ini. Tak terasa sekali sudah tiga kali musim semi kami lewati. Dan baru sekarang saya merasa kota ini berbunga. Kemarin-kemarin kemana aja buuuu?? hehehe. Mungkin karena saya merasa ini akan menjadi musi semi kami terakhir di sini (emang sudah selesai sekolahnya pak suami? doakan ajaa, ya kan? :-D), jadi saya merasa perlu menikmati tiap momen di sini termasuk bunga-bunga bermekaran. Siapa sih wanita yang gak suka sama bunga? Cantik langsung dari pohon/tanamannya lagi. Melihat bunga-bunga bermekaran setelah musim dingin itu seperti mood booster. Apakah perasaan ini hanya dirasakan oleh para wanita? Siapa tahu habis ini diajak ke Keukenhof, hahaha, lebay banget.  Continue reading “Limoges Berbunga”